Perkembangan Biologis
Perkembangan
bilogis atau fisik manusia berkaitan erat dengan terjadinya proses
evolusi manusia. Proses evolusi biologis merupakan proses perubahan
secara berangsur-angsur dalam jangka waktu lama yang berkaitan dengan
sikap tubuh dan cara bergerak, perubahan fungsi bagian tertentu tubuh
manusia, perubahan bentuk dan volume kepala, perkembangan fungsi alat
indera terutama hidung dan mata. Berikut akan dijelaskan tentang
perubahan atau evolusi tersebut.
Perkembangan Fisik
Perkembangan
motorik pada usia ini menjadi lebih halus dan lebih terkoordinasi
dibandingkan dengan masa bayi. Anak – anak terlihat lebih cepat dalam
berlari dan pandai meloncat serta mampu menjaga keseimbangan badannya.
Untuk memperhalus ketrampilan – ketrampilan motorik, anak – anak terus
melakukan berbagai aktivitas fisik yang terkadang bersifat informal
dalam bentuk permainan. Disamping itu, anak – anak juga melibatkan diri
dalam aktivitas permainan olahraga yang bersifat formal, seperti senam,
berenang, dll.
Perkembangan Perseptual
Peseptual adalah kemampuan memahami
dan menginterpretasikan informasi sensori, atau kemampuan intelek untuk
mencarikan makna dari data yang diterima oleh berbagai indera.
Perseptual merupakan
suatu keterampilan yang dipelajari, maka proses pengajaran dapat
memberikan dampak langsung terhadap kecakapan perceptual.
Aktivitas
perceptual pada dasarnya merupakan proses pengenalan individu terhadap
lingkungannya. Semua informasi tentang lingkungan sampai kepada individu
melalui alat – alat indra yang kemudian diteruskan melalui saraf
sensorik ke bagian otak kiri. Informasi tentang objek penglihatan
diterima melalui indra mata, informasi tentang objek pendengaran
diterima melalui indra telinga, objek sentuhan melalui kulit, objek
penciuman melalui hidung. Tanpa penglihatan, pendengaran, penciuman, dan
indar-indra lainnya, otak manusia akan terasing dari dunia yang ada
disekitarnya.
Ada tiga proses aktivitas perceptual yang perlu dipahami, yaitu : sensasi, persepsi, dan atensi. Sensasi adalah
peristiwa penerimaan informasi oleh indra penerima. Sensasi berlangsung
disaat terjadi kontak antara informasi dengan indra penerima. Dengan
demikian, dalam sensasi terjadi proses deteksi informasi secara indrawi.
Missal, sensasi pendengarn terjadi saat ada gelombang
udara yang bergetar diterima oleh telinga bagian luar dan diteruskan ke
bagian saraf pendengaran. Persepsi adalah interpretasi
terhadap informasi yang ditangkap oleh indra penerima. Persepsi
merupakan proses pengolahan informasi lebih lanjut dari aktivitas sensi.
Missal, orang menjadi tahu kalau suara yang didengarnya adalah suara music, suara mobilitas , suara binatang dll. Atensi
mengacu kepada selektifitas persepsi. Dengan atansi, kesadaran
seseorang bias hanya tertuju pada suatu objek atau informasi dengan
mengabaikan objek – objek lain.
Faktor Hereditas ( Keturunan / Pembawaan )
Faktor
hereditas merupakan factor pertama yang mempengaruhi perkembangan
individu. Dalam hal ini hereditas diartikan sebagai totalitas
karakteristik individu yang diwariskan orang tua kepada anak atau segala
potensi, baik fisik maupun psikis yang dimiliki individu sejak masa
konsepsi ( pembuahan ovum oleh sperma ) sebagai pewarisan dari pihak
orang tua melalui gen – gen.
Setiap individu yang lahir ke dunia dengan suatu hereditas tertentu. Hereditas pada individu merupakan bawaan sejak lahir “specific genen. Bawaan/warisan atau hereditas tersebut berasal dari kedua orang tuanya (Genes) dan tidak dapat direkayasa. Bawaan memiliki peranan penting dalam pertumbuhan dan perkembangan anak. Ia lahir membawa berbagai ragam warisan yang berasal dari kedua ibu-bapak atau kakek-nenek.
Warisan
atau turunan tersebut yang terpenting, antara lain: bentuk tubuh, raut
muka, warna kulit, intelegensi, bakat, sifat-sifat, dan penyakit.
Mengetahui
sifat atau watak anak mendalam, akan membantu guru untuk mendidiknya.
Misalnya, anak yang penakut perlu dibangkitkan semangatnya agar menjadi
berani mengemukakan pendapatnya. Demikian pula dengan anak yang merasa
minder, perlu dibangkitkan rasa harga dirinya agar jiwanya tidak
semakin tertekan.
Intelegensi
adalah kemampuan yang bersifat umum untuk mengadakan penyesuaian
terhadap suatu situasi atau masalah. Kemampuan yang bersifat umum
tersebut meliputi berbagai jenis kemampuan psikis seperti: abstrak,
berpikir mekanis, matematis, memahami, mengingat, berbahasa dan
sebagainya.
Sebagai contoh
yang dapat diambil, contoh seorang anak kecil berumur empat tahun
sedang bermain di taman bunga. Ia melihat bunga-bunga berwarna-warni,
lari mengejar kupu-kupu, mencium bunga-bunga itu, dan sebagainya.
Tindakan-tindakan itu masih berkadar intelegensi yang rendah karena
unsure rasionya juga rendah. Akan tetapi anak yang lebih besar, misalnya
sudah berumur tujuh tahun, ia menghitung berapa macam bunga yang ada di
taman itu dan apa saja warnanya. Tindakan kedua ini sudah lebih
berintelegensi daripada yang pertama. Anak yang sudah SMP mungkin sudah
dapat menyebutkan warna bunga-bunga itu satu per satu, mengetahui
golongan rumpun apa berikut nama Latin mereka. Sementara itu, seorang
insinyur pertanian mampu mengadakan perkawinan silang antara
bunga-bunga tersebut.
Bakat
adalah kemampuan khusus yang menonjol di antara berbagai jenis
kemampuan yang dimiliki seseorang. Kemampuan khusus itu biasanya
berbentuk keterampilan atau suatu bidang ilmu, misalnya kemampuan khusus
(bakat) dalam bidang seni musik, seni suara, olahraga, matematika,
bahasa, ekonomi, teknik, keguruan, social, agama, dan sebagainya.
Seseorang umumnya memiliki bakat tertentu yang terdiri dari satu atau
lebih kemampuan khusus yang menonjol dari bidang lainnya. Tetapi ada
juga yang tidak memiliki bakat sama sekali, artinya dalam semua bidang
ilmu dan keterampilan dia lemah atau sedang. Ada pula sebagian orang
memiliki bakat serba ada, artinya hampir
semua bidang ilmu dan ketrampilan, dia mampu dan menonjil. Orang
seperti itu tergolong istimewa dan sanggup hidup di mana saja.
Bakat
sebagaimana halnya dengan intelegensi merupakan warisan dari orang tua,
nenek, kakek dari pihak ibu dan bapak. Warisan dapat dipupuk dan
dikembangkan dengan bermacam
cara terutama dengan pelatihan dan didukung dana yang memadai.
Seseorang yang memiliki bakat tertentu sejak kecilnya, namun tidak
memperoleh kesempatan untuk mengembangkannya sebab tidak memiliki dana
untuk latihan, maka bakatnya tidak dapat berkembang. Hal seperti ini
dikatakan bakat terpendam.
Faktor Lingkungan
Lingkungan
sangat berperan dalam pertumbuhan dan perkembangan anak. Lingkungan
adalah keluarga yang mengasuh dan membesarkan anak, sekolah tempat
mendidik, masyarakat tempat anak bergaul juga bermain sehari-hari dan
keadaan sekitar dengan iklimnya, flora dan faunanya. Besar
kecilnya pengaruh lingkungan terhadap pertumbuhan dan perkembangannya
bergantung pada keadaan lingkungan anak itu sendiri serta jasmani dan
rohaninya.
Keluarga,
tempat anak diasuh dan dibesarkan, berpengaruh besar terhadap
pertumbuhan dan perkembangannya, terutama keadaan ekonomi rumah tangga
serta tingkat kemampuan orangtua dalam merawat yang sangat besar
pengaruhnya terhadap pertumbuhan jasmani anak. Sementara tingkat
pendidikan orang tua juga besar pengaruhnya terhadap perkembangan
rohaniah anak, terutama kepribadian dan kemajuan pendidikannya.
Sekolah
merupakan lembaga pendidikan formal yang secara sistematis melaksanakan
program bimbingan, pengajaran, dan latihan dalam rangka membantu siswa
agara mampu mengembangakan potensinya, baik yang menyangkut aspek
moral-spiritual, intelektual, emosional, maupun sosial.
Masyarakat
adalah lingkungan tempat tinggal anak. Mereka juga termasuk teman-teman
anak di luar sekolah. Kondisi orang-orang di lingkungan desa atau kota
tempat tinggal anak juga turut mempengaruhi perkembangan jiwanya.
Anak-anak yang dibesarkan di kota berbeda pola pikirnya dengan anak yang
tinggal di desa. Anak kota umumnya lebih bersikap dinamis dan aktif
bila dibandingkan anak desa yang cenderung bersikap statis dan lamban.
Semua perbedaan sikap dan pola pikir di atas adalah akibat pengaruh dari
lingkungan masyarakat yang berbeda antara kota dan desa.
Kelompok teman sebaya
mempunyai peranan yang cukup penting terutama pada saat terjadinya
perubahan dalam struktur masyarakat. Aspek kepribadian remaja yang
berkembang secara menonjol dalam pengalamannya bergaul dengan teman
sebaya adalah Social cognitium : kemampuan untuk memikirkan
tentang pikiran, perasaan, motif, dan tingkah laku dirinya dan orang
lain. Kemampuan memahami orang lain berpengaruh kuat terhadap minat
remaja untuk bergaul atau membentuk persahabatan dengan teman sebayanya(
sigelman&Shaffer, 1995: 372-376). Konformitas : motif untuk menjadi sama, sesuai, seragam, dengan nilai-nilai, kebiasaan, kegemaran(hobi), atau budaya teman sebayanya.
Kedaan alam sekitar tempat tinggal
anak juga berpengaruh bagi pertumbuhan dan perkembangan anak. Alam
tempat tinggal manusia memiliki bentuk yang berbeda, seperti pegunungan,
dataran rendah dan daerah pantai. Keadaan alam sekitar adalah lokasi
tempat anak bertempat tinggal. Sebagai contoh, anak yang tinggal di
daerah pegunungan akan cenderung bersifat lebih keras daripada anak yang
tinggal di daerah pantai, anak yang tinggal di daerah dingin akan
berbeda dengan anak yang tinggal di daerah panas. Perbedaan di atas
adalah akibat pengaruh keadan alam yang berbeda. Keadaan alam yang
berbeda akan berpengaruh terhadap perkembangan pola pikir atau kejiwaan
anak.
Peranan Hereditas dan Lingkungan
Antara
hereditas dan lingkungan terjadi hubungan atau interaksi. Setiap faktor
hereditas beroperasi dengan cara yang berbeda-beda menurut kondisi dan
keadaan lingkungan yang berbeda-beda pula. Selain dengan interaksi,
hubungan antara hereditas dan lingkungan dapat pula digambarkan sebagai additive contribution.
Menurut pandangan ini, hereditas dan lingkungan sama-sama menyumbang
bagi pertumbuhan dan perkembangan fisiologi dan bahkan juga tingkah laku
individu secara jointly (bersama-sama). Pertumbuhan dan perkembangan memerlukan kondisi kesehatan jasmani dan rohani anak.
Implikasi Bagi Kegiatan Belajar Mengajar
Hal
yang perlu disadari bahwa perkembangan biologis dan perseptual anak itu
memiliki keterjalinan dengan aspek-aspek perkembangan lainnya. Artinya
permasalahan-permasalahan yang terjadi dalam perkembangan fisik dan
perseptual anak bisa berdampak negatif terhadap aspek-aspek perkembangan
lainnya. Oleh karena itu, agar pendidik memberikan perhatian yang cukup
terhadap aspek perkembangan fisik dan perseptual anak.
Implikasi bagi penyelenggaraan pembelajaran.
Anak SD sudah lebih mampu mengontrol tubuhnya daripada anak usia
sebelumnya. Tetapi, kondisi fisik mereka masih jauh dari matang dan
masih terus berkembang. Fisik mereka masih memerlukan banyak gerak, baik
untuk peningkatandan pengayaan ketrampilan-ketrampilan motoriknya
maupunpemenuhan kebutuhan gerak dan kesenangan mereka. Oleh karena itu,
perlu pembelajaran sesuai karakteristik kebutuhan fisik dengan cara
memberikan bamyak kesempatan kepada anak untuk memfungsikan unsur-unsur
fisik atau aspek perseptualnya. Cara pembelajaran: programnya disusun
secara sederhana serta memperhatikan perbedaan individual anak, tidak
dilakukan secara monoton, dan melibatkan penggunaan berbagai media dan
sumber belajar.
Implikasi bagi penyelenggaraan Pendidikan Olahraga. Program
pendidikan olahraga yang rutin dan teratur sangat diperlukan bagi anak
SD. Olahraga penting untuk merangsang perkembangan fisik dan perseptual
anak. Dua hal yang perlu dijadikan dasar dalam penyelenggaraan program
olahraga anak SD. Pertama, pada usia SD sistem otot dan lemak anak mulai
berkembang sehingga anak menguasai gerakan-gerakan secara relatif
sempurna. Kedua, dunia anak adalah dunia gerak dan bermain.
Implikasi bagi pemeliharaan kesehatan dan nutrisi anak. Kesehatan
merupakan faktor utama pertumbuhan fisik anak. Anak yang sering sakit
akan mengalami gangguan dan keterlambatan dalam pertumbuhan
fisiknya.penanaman kebiasaan berperilaku sehat terhadap anak SD perlu
difahami dan diterapkan sejak dini. Kebiasaan hidup sehat hendaknya
dilakukan secara menyeluruh mulai dari kebersihan pakaian dan tubuh,
kebersihan makanan, pemeliharaan kebersihan lingkungan sekitar, serta
mendisiplinkan diri untuk tidak membuang sampah sembarangan. Di pihak
lain, makanan yang mengandung gizi secara seimbang juga merupakan aspek
penting dalam perkembangan anak, yaitu makanan empat sehat lima
sempurna.
Minat
dan sikap individu terhadap sekolah dan mata pelajaran tertentu,
kebiasaan-kebiasaan kerja sama, kecakapan atau kemauan untuk
berkonsentrasi pada bahan-bahan pelajaran dan kebiasaan belajar semuanya
merupakan factor perbedaan di antara anak satu dengan anak lainnya.
Factor tersebut kadang-kadang berkembang akibat sikap anggota keluarga
di rumah dan lingkungan sekitar. Latar belakang keluarga, baik dilihat
dari segi sosioekonomi maupun sosiokultural adalah berbeda-beda.
Pertumbuhan adalah bertambahnya jumlah dan besarnya sel di seluruh
bagian tubuh yang secara kuantitatif dapat diukur. Sedangkan
perkembangan adalah bertambah sempurnanya fungsi alat tubuh yang dapat
dicapai melalui tumbuh, kematangan dan belajar.
Pertumbuhan dan perkembangan berjalan menurut norma-norma tertentu.
Walaupun demikian seorang anak dalam banyak hal tergantung kepada orang
dewasa, misalnya mengkunsumsi makanan, perawatan, bimbingan, perasaana
aman, pencegahan penyakit dan sebaginya. Oleh karena itu semua
orang-orang yang mendapat tugas mengawasi anak harus mengerti persoalan
anak yang sedang tumbuh dan berkembang.
Banyak faktor yang mempengaruhi pertumbuhan dan perkembangan,
diantaranya adalah faktor lingkungan. Bila lingkungan karena suatu hal
menjadi buruk, maka keadaan tersebut hendaknya diubah (dimodifikasi)
sehingga pertumbuhan dan perkembangan anak dapat berjalan dengan
sebaik-baiknya.
B. Teori Pertumbuhan dan Perkembangan
1. Sigmeun Freud (Perkembangan Psychosexual)
Fase oral (0 – 1 tahun)
Pusat aktivitas yang menyenagka di dalam mulutnya, anak mendapat
kepuasaan saat mendapat ASI, kepuasan bertambah dengan aktifitas
mengisap jari dan tangannya atau benda – benda sekitarnya.
Fase anal (2 – 3 tahun)
Meliputi retensi dan pengeluaran feces. Pusat kenikmatanya pada anus
saat BAB, waktu yang tepat untuk mengajarkan disiplin dan bertanggung
jawab.
Fase Urogenital atau faliks (usia 3 – 4 tahun)
Tertarik pada perbedaan antomis laki dan perempuan, ibu menjadi tokoh
sentral bila menghadapi persoalan. Kedekatan ank laki – laki pada
ibunya menimbulkan gairah sexual dan perasaan cinta yang disebut oedipus
compleks.
Fase latent (4 – 5 tahun sampai masa pubertas )
Masa tenang tetapi anak mengalami perkembangan pesat aspek motorik
dan kognitifnya. Disebut juga fase homosexual alamiah karena anak – nak
mencari teman sesuai jenis kelaminnya, serta mencari figur (role model)
sesuai jenis kelaminnya dari orang dewasa.
Fase Genitalia
Alat reproduksi sudah muali matang, heteroseksual dan mulai menjalin hubungan rasa cinta dengan berbeda jenis kelamin.
2. Piaget (Perkembangan Kognitif)
Meliputi kemampuan intelegensi, kemampuan berpersepsi dan kemampuan
mengakses informasi, berfikir logika, memecahkan masalah kompleks
menjadi simple dan memahami ide yang abstrak menjadi konkrit, bagaimana
menimbulkan prestasi dengan kemampuan yang dimiliki anak.
Tahap sensori – motor (0 – 2 tahun)
Prilaku anak banyak melibatkan motorik, belum terjadi kegiatan mental
yang bersifat simbolis (berfikir). Sekitar usia 18 – 24 bulan anak
mulai bisa melakukan operations, awal kemampuan berfikir.
Tahap pra operasional (2 – 7 tahun)
Tahap pra konseptual (2 – 4 tahun) anak melihat dunia hanya dalam
hubungan dengan dirinya, pola pikir egosentris. Pola berfikir ada dua
yaitu : transduktif ; anak mendasarkan kesimpulannya pada suatu
peristiwa tertentu (ayam bertelur jadi semua binatang bertelur) atau
karena ciri – ciri objek tertentu (truk dan mobil sama karena punya roda
empat). Pola penalaran sinkretik terjadi bila anak mulai selalu
mengubah – ubah kriteria klasifikasinya. Misal mula – mula ia
mengelompokan truk, sedan dan bus sendiri – sendiri, tapi kemudia
mengelompokan mereka berdasarkan warnanya, lalu berdasarkan besar –
kecilnya dst. Tahap intuitif ( 4 – 7 tahun) Pola fikir berdasar
intuitif, penalaran masih kaku, terpusat pada bagian bagian terentu dari
objek dan semata –mata didasarkan atas penampakan objek.
Tahap operasional konkrit (7 – 12 tahun)
Konversi menunjukan anak mampu menawar satu objek yang diubah
bagaimanapun bentuknya, bila tidak ditambah atau dikurangi maka
volumenya tetap. Seriasi menunjukan anak mampu mengklasifikasikan objek
menurut berbagai macam cirinya seperti : tinggi, besar, kecil, warna,
bentuk dst
Tahap operasional – formal (mulai usia 12 tahun)
Anak dapat melakukan representasi simbolis tanpa menghadapi objek –
objek yang ia fikirkan. Pola fikir menjadi lebih fleksibel melihat
persoalan dari berbagai sudut yang berbeda.
3. Erikson (Perkembangan Psikososial)
Proses perkembangan psikososial tergantung pada bagaimana individu
menyelesaikan tugas perkembangannya pada tahap itu, yang paling penting
adalah bagaimana memfokuskan diri individu pada penyelesaian konflik
yang baik itu berlawanan atau tidak dengan tugas perkembangannya.
Trust vs. missstrust ( 0 – 1 tahun)
Kebutuhan rasa aman dan ketidakberdayaannya menyebabkan konflik basic
trust dan mistrust, bila anak mendapatkan rasa amannya maka anak akan
mengembangkan kepercayaan diri terhadap lingkungannya, ibu sangat
berperan penting.
Autonomy vs shame and doubt ( 2 – 3 tahun)
Organ tubuh lebih matang dan terkoordinasi dengan baik sehingga
terjadi peningkatan keterampilan motorik, anak perlu dukungan, pujian,
pengakuan, perhatian serta dorongan sehingga menimbulkan kepercayaan
terhadap dirinya, sebaliknya celaan hanya akan membuat anak bertindak
dan berfikir ragu – ragu. Kedua orang tua objek sosial terdekat dengan
anak.
Initiatif vs Guilty (3 – 6 tahun)
Bila tahap sebelumnya anak mengembangkan rasa percaya diri dan
mandiri, anak akan mengembnagkan kemampuan berinisiatif yaitu perasaan
bebas untuk melalukan sesuatu atas kehendak sendiri. Bila tahap
sebelumnya yang dikembangkan adalah sikap ragu-ragu, maka ia kan selalu
merasa bersalah dan tidak berani mengambil tindakan atas kehendak
sendiri.
Industry vs inferiority (6 – 11 tahun)
Logika anak sudah mulai tumbuh dan anak sudah mulai sekolah, tuntutan
peran dirinya dan bagi orang lain semakin luas sehingga konflik anak
masa ini adalah rasa mampu dan rendah diri. Bila lingkungan ekstern
lebih banyak menghargainya maka akan muncul rasa percaya diri tetapi
bila sebaliknya, anak akan rendah diri.
Identity vs Role confusion ( mulai 12 tahun)
Anak mulai dihadapkan pada harapan – harapan kelompoknya dan dorongan
yang makin kuat untuk mengenal dirinya sendiri. Ia mulai berfikir
bagaimana masa depannya, anak mulai mencari identitas dirinya serta
perannya, jiak ia berhasil melewati tahap ini maka ia tidak akan bingung
menghadapi perannya
Intimacy vs Isolation (dewasa awal)
Individu sudah mulai mencari pasangan hidup. Kesiapan membina
hubungan dengan orang lain, perasaan kasih sayang dan keintiman, sedang
yang tidak mampu melakukannya akan mempunyai perasaan terkucil atau
tersaing.
Generativy vs self absorbtion (dewasa tengah)
Adanya tuntutan untuk membantu orang lain di luar keluarganya,
pengabdian masyarakat dan manusia pada umumnya. Pengalaman di masa lalu
menyebabkan individu mampu berbuat banyak untuk kemanusiaan, khususnya
generasi mendatang tetapi bila tahap – tahap silam, ia memperoleh banyak
pengalaman negatif maka mungkin ia terkurung dalam kebutuhan dan
persoalannya sendiri.
Ego integrity vs Despair (dewasa lanjut)
Memasuki masa ini, individu akan menengok masa lalu. Kepuasan akan
prestasi, dan tindakan-tindakan dimasa lalu akan menimbbulkan perasaan
puas. Bila ia merasa semuanya belum siap atau gagal akan timbul
kekecewaan yang mendalam.
4. Kohlberg (Perkembangan Moral)
Pra-konvensional
Mulanya ditandai dengan besarnya pengaruh wawasan kepatuhan dan
hukuman terhadap prilaku anak. Penilaian terhadap prilaku didasarkan
atas akibat sikap yang ditimbulkan oleh prilaku. Dalam tahap selanjutnya
anak mulai menyesuaikan diri dengan harapan – harapan lingkungan untuk
memperoleh hadiah, yaitu senyum, pujian atau benda.
Konvensional
Anak terpaksa menyesuaikan diri dengan harapan lingkungan atau ketertiban sosial agar disebut anak baik atau anak manis
Purna konvensional
Anak mulai mengambil keputusan baik dan buruk secara mandiri. Prinsip
pribadi mempunyai peranan penting. Penyesuaian diri terhadap segala
aturan di sekitarnya lebih didasarkan atas penghargaannya serta rasa
hormatnya terhadap orang lain.
5. Hurolck (Perkembangan Emosi)
Menurut Hurlock, masa bayi mempunyai emosi yang berupa kegairahan
umum, sebelum bayi bicara ia sudah mengembangkan emosi heran, malu,
gembira, marah dan takut. Perkembangan emosi sangat dipengaruhi oleh
faktor kematangan dan belajar. Pengalaman emosional sangat tergantung
dari seberapa jauh individu dapat mengerti rangsangan yang diterimanya.
Otak yang matang dan pengalaman belajar memberikan sumbangan yang besar
terhadap perkembangan emosi, selanjutnya perkembngan emosi dipengaruhi
oleh harapan orang tua dan lingkungan.
6. Perkembangan Psikososial
Teori perkembangan ini dikemukakan oleh Sigmund Freud. Beliau
mengemukakan bahwa : Di dalam jiwa individu terdapat tiga komponen yaitu
:
- Id : nangis, minta minum,makan, dll.
- Ego : lebih rasional, tetapi masa bodoh terhadap lingkungan.
- Super Ego : lebih memikirkan lingkungan.
Perkembangan berhubungan dengan bagian-bagian fungsi tubuh dan
dipandang sebagai aktifitas yang menyenangkan. Insting seksual memainkan
peranan penting dalam perkembangan kepribadian. Menurut Freud
perkembangan manusia terjadi dalam beberapa fase dimana setiap fasenya
mempunyai waktu dan ciri-ciri tertentu dan fase ini berjalan secara
kontinyu.
C. Faktor-faktor yang mempengaruhi pertumbuhan dan perkembangan anak
Proses pertumbuhan dan perkembangan anak, tidak selamanya berjalan
sesuai yang diharapkan. Hal ini disebabkan karena banyak faktor yang
mempengaruhinya, baik faktor yang dapat diubah/dimodifikasi yaitu faktor
keturunan, maupun faktor yang tidak dapat diubah/dimodifikasi yaitu
faktor lingkungan. Apabila ada faktor lingkungan yang menyebabkan
gangguan terhadap proses tumbuh kembang anak, maka faktor tersebut perlu
diubah (dimodifikasi).
Beberapa faktor yang dapat mempengaruhi pertumbuhan dan perkembangan anak tersebut adalah sebagai berikut:
1. Faktor Keturunan (herediter)
Seks
kecepatan pertumbuhan dan perkembangan pada seorang anak wanita berbeda dengan anak laki-laki
Ras
Anak keturunan bangsa Eropa lebih tinggi dan besar dibandingkan dengan anak keturunan bangsa Asia.
2. Faktor Lingkungan
Lingkungan eksternal
1) Kebudayaan
Kebudayaan suatu daerah akan mempengaruhi kepercayaan adat kebiasaan dan tingkah laku dalam merawat dan mendidik anak.
2) Status sosial ekonomi keluarga
Keadaan sosial ekonomi keluarga dapat mempengaruhi pola asuhan
terhadap anak. Misalnya orang tua yang mempunyai pendidikan cukup mudah
menerima dan menerapkan ide-ide utuk pemberian asuhan terhadap anak
3) Nutrisi
Untuk tumbuh kembang, anak memerlukan nutrisi yang adekuat yang
didapat dari makan yang bergizi. Kekurangan nutrisi dapat diakibatkan
karena pemasukan nutrisi yang kurang baik kualitas maupun kuantitas,
aktivitas fisik yang terlalu aktif, penyakit-penyakit fisik yang
menyebabkan nafsu makan berkurang, gangguan absorpsi usus serata keadaan
emosi yang menyebabkan berkurangnya nafsu makan.
4) Penyimpangan dari keadaan normal
Disebabkan karena adanya penyakit atau kecelakaan yang dapat menggangu proses pertumbuhan dan perkembangan anak.
5) Olahraga
Olahraga dapat meningkatkan sirkulasi, aktivitas fisiologi, dan menstimulasi terhadap perkembangan otot-otot.
6) Urutan anak dalam keluarganya
kelahiran anak pertama menjadi pusat perhatian keluarga, sehingga semua kebutuhan terpenuhi baik fisik, ekonomi, maupun sosial.
Lingkungan internal
1) Intelegensi
Pada umumnya anak yang mempunyai intelegensi tinggi, perkembangannya
akan lebih baik jika dibandingkan dengan yang mempunyai intelegensi
kurang.
2) Hormon
Ada tiga hormon yang mempengaruhi pertumbuhan anak yaitu:
somatotropin, hormon yang mempengaruhi jumlah sel untuk merangsang sel
otak pada masa pertumbuhan, berkuragnya hormon ini dapat menyebabkan
gigantisme; hormon tiroid, mempengaruhi pertumbuhan, kurangnya hormon
ini apat menyebabkan kreatinisme; hormon gonadotropin, merangsang
testosteron dan merangsang perkembangan seks laki-laki dan memproduksi
spermatozoa. Sedangkan estrogen merangsang perkembangan seks sekunder
wanita dan produksi sel telur.kekurangan hormon gonadotropin ini dapat
menyebabkan terhambatnya perkembangan seks.
3) Emosi
Hubungan yang hangat dengan ornag lain seperti ayah, ibu, saudara,
teman sebaya serta guru akan memberi pengaruh pada perkembangan emosi,
sosial dan intelektual anak. Pada saat anakberinteraksi dengan keluarga
maka kan mempengaruhi interaksi anak di luar rumah. Apabila kebutuhan
emosi anak tidak dapat terpenuhi
D. Pola Pertumbuhan dan Perkembangan
Pola pertumbuhan dan perkembangan terjadi secara terus menerus. Pola
ini dapat merupakan dasar bagi semua kehidupan manusia, petunjuk urutan
dan langkah dalam perkembangan anak ini sudah ditetapkan tetapi setiap
orang mempunyai keunikan secara individu.
Pertumbuhan fisik dapat dilihat secara lebih nyata, namun sebenarnya
disertai pula dengan pertumbuhan psikososial anak dan diikuti dengan
hal-hal dibawah ini:
1. Directional Trends
pertumbuhan dan perkembangan berjalan secara teratur, berhubungan
dengan petunjuk atau gradien atau reflek dari perkembangan fisik dan
maturasi dari fungsi neuromuscular. Prinsip-prinsip ini meliputi:
a) Cephalocandal atau Head to tail direction (dari arah kepala
ke kaki) misalnya: mengangkat kepala, duduk kemudian mengangkat dada dan
menggerakkan ekstremitas bagian bawah.
b) Proximadistal atau near to far direction (menggerakkan
anggota gerak yang paling dekat dengan pusat dan pada anggota gerak yang
lebih jauh dari pusat) misalnya: bahu dulu baru jari-jari
c) Mass to specific atau simple to complex (menggerakkan daerah yang lebih sederhana dulu baru kemudian yang lebih komplex)
misalnya: mengangkat nahu dulu baru kemudian menggerakkan jari – jari
yang lebih sulit atau melambaikan tangan baru bisa memainkan jari.
2. Sequential Trends
Semua dimensi tumbuh kembang dapat diketahui maka sequence dari
tumbuh kembang tersebut dapat diprediksi, dimana hal ini berjalan secara
teratur dan kontinyu. Semua anak yang normal melalui setiap tahap ini.
Setiap fase dipengaruhi oleh fase sebelumnya. Misal : tengkurap –
merangkak – berdiri – berjalan.
3. Masa Sensitif
Pada waktu-waktu yang terbatas selama proses tumbuh kembang dimana
anak berinteraksi terutama dengan lingkungan yang ada, kejadian yang
spesifik. Masa-masa tersebut adalah sebagai berikut:
a) Masa kritis yaitu masa yang apabila tidak
dirangsang/berkembang maka hal ini tidak akan dapat digantikan pada masa
berikutnya.
b) Masa sensitif mengarah pada perkembangan dan mikroorganisme.
Misalnya pada saat perkembangan otak, ibunya menderita flu maka
kemungkinan anak tersebut akan hydrocepallus/encepalitis.
c) Masa optimal yaitu suatu masa diberikan rangsangan optimal
maka akan mencapai puncaknya. Misalnya: anak usia 3 tahun/saat
perkembangan otak dirangsang dengan bacaan-bacaan/gizi yang tinggi, maka
anak tersebut dapat mencapai tahap perkembangan yang optimal.
Perkembangan ini berjalan secara pasti dan tepat, tetapi tidak sama
untuk setiap anak.