Perkembangan Biologis
Perkembangan bilogis atau fisik manusia berkaitan erat dengan terjadinya proses evolusi manusia. Proses evolusi biologis merupakan proses perubahan secara berangsur-angsur dalam jangka waktu lama yang berkaitan dengan sikap tubuh dan cara bergerak, perubahan fungsi bagian tertentu tubuh manusia, perubahan bentuk dan volume kepala, perkembangan fungsi alat indera terutama hidung dan mata. Berikut akan dijelaskan tentang perubahan atau evolusi tersebut.
Perkembangan Fisik
Perkembangan motorik pada usia ini menjadi lebih halus dan lebih terkoordinasi dibandingkan dengan masa bayi. Anak – anak terlihat lebih cepat dalam berlari dan pandai meloncat serta mampu menjaga keseimbangan badannya. Untuk memperhalus ketrampilan – ketrampilan motorik, anak – anak terus melakukan berbagai aktivitas fisik yang terkadang bersifat informal dalam bentuk permainan. Disamping itu, anak – anak juga melibatkan diri dalam aktivitas permainan olahraga yang bersifat formal, seperti senam, berenang, dll.
Perkembangan Perseptual
Peseptual adalah kemampuan memahami dan menginterpretasikan informasi sensori, atau kemampuan intelek untuk mencarikan makna dari data yang diterima oleh berbagai indera.
Perseptual merupakan suatu keterampilan yang dipelajari, maka proses pengajaran dapat memberikan dampak langsung terhadap kecakapan perceptual.
Aktivitas perceptual pada dasarnya merupakan proses pengenalan individu terhadap lingkungannya. Semua informasi tentang lingkungan sampai kepada individu melalui alat – alat indra yang kemudian diteruskan melalui saraf sensorik ke bagian otak kiri. Informasi tentang objek penglihatan diterima melalui indra mata, informasi tentang objek pendengaran diterima melalui indra telinga, objek sentuhan melalui kulit, objek penciuman melalui hidung. Tanpa penglihatan, pendengaran, penciuman, dan indar-indra lainnya, otak manusia akan terasing dari dunia yang ada disekitarnya.
Ada tiga proses aktivitas perceptual yang perlu dipahami, yaitu : sensasi, persepsi, dan atensi. Sensasi adalah peristiwa penerimaan informasi oleh indra penerima. Sensasi berlangsung disaat terjadi kontak antara informasi dengan indra penerima. Dengan demikian, dalam sensasi terjadi proses deteksi informasi secara indrawi. Missal, sensasi pendengarn terjadi saat ada gelombang udara yang bergetar diterima oleh telinga bagian luar dan diteruskan ke bagian saraf pendengaran. Persepsi adalah interpretasi terhadap informasi yang ditangkap oleh indra penerima. Persepsi merupakan proses pengolahan informasi lebih lanjut dari aktivitas sensi. Missal, orang menjadi tahu kalau suara yang didengarnya adalah suara music, suara mobilitas , suara binatang dll. Atensi mengacu kepada selektifitas persepsi. Dengan atansi, kesadaran seseorang bias hanya tertuju pada suatu objek atau informasi dengan mengabaikan objek – objek lain.
Faktor Hereditas ( Keturunan / Pembawaan )
Faktor hereditas merupakan factor pertama yang mempengaruhi perkembangan individu. Dalam hal ini hereditas diartikan sebagai totalitas karakteristik individu yang diwariskan orang tua kepada anak atau segala potensi, baik fisik maupun psikis yang dimiliki individu sejak masa konsepsi ( pembuahan ovum oleh sperma ) sebagai pewarisan dari pihak orang tua melalui gen – gen.
Setiap individu yang lahir ke dunia dengan suatu hereditas tertentu. Hereditas pada individu merupakan bawaan sejak lahir “specific genen. Bawaan/warisan atau hereditas tersebut berasal dari kedua orang tuanya (Genes) dan tidak dapat direkayasa. Bawaan memiliki peranan penting dalam pertumbuhan dan perkembangan anak. Ia lahir membawa berbagai ragam warisan yang berasal dari kedua ibu-bapak atau kakek-nenek.
Warisan atau turunan tersebut yang terpenting, antara lain: bentuk tubuh, raut muka, warna kulit, intelegensi, bakat, sifat-sifat, dan penyakit.
Mengetahui sifat atau watak anak mendalam, akan membantu guru untuk mendidiknya. Misalnya, anak yang penakut perlu dibangkitkan semangatnya agar menjadi berani mengemukakan pendapatnya. Demikian pula dengan anak yang merasa minder, perlu dibangkitkan rasa harga dirinya agar jiwanya tidak semakin tertekan.
Intelegensi adalah kemampuan yang bersifat umum untuk mengadakan penyesuaian terhadap suatu situasi atau masalah. Kemampuan yang bersifat umum tersebut meliputi berbagai jenis kemampuan psikis seperti: abstrak, berpikir mekanis, matematis, memahami, mengingat, berbahasa dan sebagainya.
Sebagai contoh yang dapat diambil, contoh seorang anak kecil berumur empat tahun sedang bermain di taman bunga. Ia melihat bunga-bunga berwarna-warni, lari mengejar kupu-kupu, mencium bunga-bunga itu, dan sebagainya. Tindakan-tindakan itu masih berkadar intelegensi yang rendah karena unsure rasionya juga rendah. Akan tetapi anak yang lebih besar, misalnya sudah berumur tujuh tahun, ia menghitung berapa macam bunga yang ada di taman itu dan apa saja warnanya. Tindakan kedua ini sudah lebih berintelegensi daripada yang pertama. Anak yang sudah SMP mungkin sudah dapat menyebutkan warna bunga-bunga itu satu per satu, mengetahui golongan rumpun apa berikut nama Latin mereka. Sementara itu, seorang insinyur pertanian mampu mengadakan perkawinan silang antara bunga-bunga tersebut.
Bakat adalah kemampuan khusus yang menonjol di antara berbagai jenis kemampuan yang dimiliki seseorang. Kemampuan khusus itu biasanya berbentuk keterampilan atau suatu bidang ilmu, misalnya kemampuan khusus (bakat) dalam bidang seni musik, seni suara, olahraga, matematika, bahasa, ekonomi, teknik, keguruan, social, agama, dan sebagainya. Seseorang umumnya memiliki bakat tertentu yang terdiri dari satu atau lebih kemampuan khusus yang menonjol dari bidang lainnya. Tetapi ada juga yang tidak memiliki bakat sama sekali, artinya dalam semua bidang ilmu dan keterampilan dia lemah atau sedang. Ada pula sebagian orang memiliki bakat serba ada, artinya hampir semua bidang ilmu dan ketrampilan, dia mampu dan menonjil. Orang seperti itu tergolong istimewa dan sanggup hidup di mana saja.
Bakat sebagaimana halnya dengan intelegensi merupakan warisan dari orang tua, nenek, kakek dari pihak ibu dan bapak. Warisan dapat dipupuk dan dikembangkan dengan bermacam cara terutama dengan pelatihan dan didukung dana yang memadai. Seseorang yang memiliki bakat tertentu sejak kecilnya, namun tidak memperoleh kesempatan untuk mengembangkannya sebab tidak memiliki dana untuk latihan, maka bakatnya tidak dapat berkembang. Hal seperti ini dikatakan bakat terpendam.
Faktor Lingkungan
Lingkungan sangat berperan dalam pertumbuhan dan perkembangan anak. Lingkungan adalah keluarga yang mengasuh dan membesarkan anak, sekolah tempat mendidik, masyarakat tempat anak bergaul juga bermain sehari-hari dan keadaan sekitar dengan iklimnya, flora dan faunanya. Besar kecilnya pengaruh lingkungan terhadap pertumbuhan dan perkembangannya bergantung pada keadaan lingkungan anak itu sendiri serta jasmani dan rohaninya.
Keluarga, tempat anak diasuh dan dibesarkan, berpengaruh besar terhadap pertumbuhan dan perkembangannya, terutama keadaan ekonomi rumah tangga serta tingkat kemampuan orangtua dalam merawat yang sangat besar pengaruhnya terhadap pertumbuhan jasmani anak. Sementara tingkat pendidikan orang tua juga besar pengaruhnya terhadap perkembangan rohaniah anak, terutama kepribadian dan kemajuan pendidikannya.
Sekolah merupakan lembaga pendidikan formal yang secara sistematis melaksanakan program bimbingan, pengajaran, dan latihan dalam rangka membantu siswa agara mampu mengembangakan potensinya, baik yang menyangkut aspek moral-spiritual, intelektual, emosional, maupun sosial.
Masyarakat adalah lingkungan tempat tinggal anak. Mereka juga termasuk teman-teman anak di luar sekolah. Kondisi orang-orang di lingkungan desa atau kota tempat tinggal anak juga turut mempengaruhi perkembangan jiwanya. Anak-anak yang dibesarkan di kota berbeda pola pikirnya dengan anak yang tinggal di desa. Anak kota umumnya lebih bersikap dinamis dan aktif bila dibandingkan anak desa yang cenderung bersikap statis dan lamban. Semua perbedaan sikap dan pola pikir di atas adalah akibat pengaruh dari lingkungan masyarakat yang berbeda antara kota dan desa.
Kelompok teman sebaya mempunyai peranan yang cukup penting terutama pada saat terjadinya perubahan dalam struktur masyarakat. Aspek kepribadian remaja yang berkembang secara menonjol dalam pengalamannya bergaul dengan teman sebaya adalah Social cognitium : kemampuan untuk memikirkan tentang pikiran, perasaan, motif, dan tingkah laku dirinya dan orang lain. Kemampuan memahami orang lain berpengaruh kuat terhadap minat remaja untuk bergaul atau membentuk persahabatan dengan teman sebayanya( sigelman&Shaffer, 1995: 372-376). Konformitas : motif untuk menjadi sama, sesuai, seragam, dengan nilai-nilai, kebiasaan, kegemaran(hobi), atau budaya teman sebayanya.
Kedaan alam sekitar tempat tinggal anak juga berpengaruh bagi pertumbuhan dan perkembangan anak. Alam tempat tinggal manusia memiliki bentuk yang berbeda, seperti pegunungan, dataran rendah dan daerah pantai. Keadaan alam sekitar adalah lokasi tempat anak bertempat tinggal. Sebagai contoh, anak yang tinggal di daerah pegunungan akan cenderung bersifat lebih keras daripada anak yang tinggal di daerah pantai, anak yang tinggal di daerah dingin akan berbeda dengan anak yang tinggal di daerah panas. Perbedaan di atas adalah akibat pengaruh keadan alam yang berbeda. Keadaan alam yang berbeda akan berpengaruh terhadap perkembangan pola pikir atau kejiwaan anak.
Peranan Hereditas dan Lingkungan
Antara hereditas dan lingkungan terjadi hubungan atau interaksi. Setiap faktor hereditas beroperasi dengan cara yang berbeda-beda menurut kondisi dan keadaan lingkungan yang berbeda-beda pula. Selain dengan interaksi, hubungan antara hereditas dan lingkungan dapat pula digambarkan sebagai additive contribution. Menurut pandangan ini, hereditas dan lingkungan sama-sama menyumbang bagi pertumbuhan dan perkembangan fisiologi dan bahkan juga tingkah laku individu secara jointly (bersama-sama). Pertumbuhan dan perkembangan memerlukan kondisi kesehatan jasmani dan rohani anak.
Implikasi Bagi Kegiatan Belajar Mengajar
Hal yang perlu disadari bahwa perkembangan biologis dan perseptual anak itu memiliki keterjalinan dengan aspek-aspek perkembangan lainnya. Artinya permasalahan-permasalahan yang terjadi dalam perkembangan fisik dan perseptual anak bisa berdampak negatif terhadap aspek-aspek perkembangan lainnya. Oleh karena itu, agar pendidik memberikan perhatian yang cukup terhadap aspek perkembangan fisik dan perseptual anak.
Implikasi bagi penyelenggaraan pembelajaran. Anak SD sudah lebih mampu mengontrol tubuhnya daripada anak usia sebelumnya. Tetapi, kondisi fisik mereka masih jauh dari matang dan masih terus berkembang. Fisik mereka masih memerlukan banyak gerak, baik untuk peningkatandan pengayaan ketrampilan-ketrampilan motoriknya maupunpemenuhan kebutuhan gerak dan kesenangan mereka. Oleh karena itu, perlu pembelajaran sesuai karakteristik kebutuhan fisik dengan cara memberikan bamyak kesempatan kepada anak untuk memfungsikan unsur-unsur fisik atau aspek perseptualnya. Cara pembelajaran: programnya disusun secara sederhana serta memperhatikan perbedaan individual anak, tidak dilakukan secara monoton, dan melibatkan penggunaan berbagai media dan sumber belajar.
Implikasi bagi penyelenggaraan Pendidikan Olahraga. Program pendidikan olahraga yang rutin dan teratur sangat diperlukan bagi anak SD. Olahraga penting untuk merangsang perkembangan fisik dan perseptual anak. Dua hal yang perlu dijadikan dasar dalam penyelenggaraan program olahraga anak SD. Pertama, pada usia SD sistem otot dan lemak anak mulai berkembang sehingga anak menguasai gerakan-gerakan secara relatif sempurna. Kedua, dunia anak adalah dunia gerak dan bermain.
Implikasi bagi pemeliharaan kesehatan dan nutrisi anak. Kesehatan merupakan faktor utama pertumbuhan fisik anak. Anak yang sering sakit akan mengalami gangguan dan keterlambatan dalam pertumbuhan fisiknya.penanaman kebiasaan berperilaku sehat terhadap anak SD perlu difahami dan diterapkan sejak dini. Kebiasaan hidup sehat hendaknya dilakukan secara menyeluruh mulai dari kebersihan pakaian dan tubuh, kebersihan makanan, pemeliharaan kebersihan lingkungan sekitar, serta mendisiplinkan diri untuk tidak membuang sampah sembarangan. Di pihak lain, makanan yang mengandung gizi secara seimbang juga merupakan aspek penting dalam perkembangan anak, yaitu makanan empat sehat lima sempurna.
Minat dan sikap individu terhadap sekolah dan mata pelajaran tertentu, kebiasaan-kebiasaan kerja sama, kecakapan atau kemauan untuk berkonsentrasi pada bahan-bahan pelajaran dan kebiasaan belajar semuanya merupakan factor perbedaan di antara anak satu dengan anak lainnya. Factor tersebut kadang-kadang berkembang akibat sikap anggota keluarga di rumah dan lingkungan sekitar. Latar belakang keluarga, baik dilihat dari segi sosioekonomi maupun sosiokultural adalah berbeda-beda.
Faktor-faktor yang Mempengaruhi Pertumbuhan dan Perkembangan Anak
Pertumbuhan adalah bertambahnya jumlah dan besarnya sel di seluruh bagian tubuh yang secara kuantitatif dapat diukur. Sedangkan perkembangan adalah bertambah sempurnanya fungsi alat tubuh yang dapat dicapai melalui tumbuh, kematangan dan belajar.Pertumbuhan dan perkembangan berjalan menurut norma-norma tertentu. Walaupun demikian seorang anak dalam banyak hal tergantung kepada orang dewasa, misalnya mengkunsumsi makanan, perawatan, bimbingan, perasaana aman, pencegahan penyakit dan sebaginya. Oleh karena itu semua orang-orang yang mendapat tugas mengawasi anak harus mengerti persoalan anak yang sedang tumbuh dan berkembang.
Banyak faktor yang mempengaruhi pertumbuhan dan perkembangan, diantaranya adalah faktor lingkungan. Bila lingkungan karena suatu hal menjadi buruk, maka keadaan tersebut hendaknya diubah (dimodifikasi) sehingga pertumbuhan dan perkembangan anak dapat berjalan dengan sebaik-baiknya.
B. Teori Pertumbuhan dan Perkembangan
1. Sigmeun Freud (Perkembangan Psychosexual)
Fase oral (0 – 1 tahun)
Pusat aktivitas yang menyenagka di dalam mulutnya, anak mendapat
kepuasaan saat mendapat ASI, kepuasan bertambah dengan aktifitas
mengisap jari dan tangannya atau benda – benda sekitarnya.
Fase anal (2 – 3 tahun)
Meliputi retensi dan pengeluaran feces. Pusat kenikmatanya pada anus
saat BAB, waktu yang tepat untuk mengajarkan disiplin dan bertanggung
jawab.
Fase Urogenital atau faliks (usia 3 – 4 tahun)
Tertarik pada perbedaan antomis laki dan perempuan, ibu menjadi tokoh
sentral bila menghadapi persoalan. Kedekatan ank laki – laki pada
ibunya menimbulkan gairah sexual dan perasaan cinta yang disebut oedipus
compleks.
Fase latent (4 – 5 tahun sampai masa pubertas ) Masa tenang tetapi anak mengalami perkembangan pesat aspek motorik dan kognitifnya. Disebut juga fase homosexual alamiah karena anak – nak mencari teman sesuai jenis kelaminnya, serta mencari figur (role model) sesuai jenis kelaminnya dari orang dewasa.
Fase Genitalia Alat reproduksi sudah muali matang, heteroseksual dan mulai menjalin hubungan rasa cinta dengan berbeda jenis kelamin.
2. Piaget (Perkembangan Kognitif)
Meliputi kemampuan intelegensi, kemampuan berpersepsi dan kemampuan mengakses informasi, berfikir logika, memecahkan masalah kompleks menjadi simple dan memahami ide yang abstrak menjadi konkrit, bagaimana menimbulkan prestasi dengan kemampuan yang dimiliki anak.
Fase latent (4 – 5 tahun sampai masa pubertas ) Masa tenang tetapi anak mengalami perkembangan pesat aspek motorik dan kognitifnya. Disebut juga fase homosexual alamiah karena anak – nak mencari teman sesuai jenis kelaminnya, serta mencari figur (role model) sesuai jenis kelaminnya dari orang dewasa.
Fase Genitalia Alat reproduksi sudah muali matang, heteroseksual dan mulai menjalin hubungan rasa cinta dengan berbeda jenis kelamin.
2. Piaget (Perkembangan Kognitif)
Meliputi kemampuan intelegensi, kemampuan berpersepsi dan kemampuan mengakses informasi, berfikir logika, memecahkan masalah kompleks menjadi simple dan memahami ide yang abstrak menjadi konkrit, bagaimana menimbulkan prestasi dengan kemampuan yang dimiliki anak.
Tahap sensori – motor (0 – 2 tahun)
Prilaku anak banyak melibatkan motorik, belum terjadi kegiatan mental
yang bersifat simbolis (berfikir). Sekitar usia 18 – 24 bulan anak
mulai bisa melakukan operations, awal kemampuan berfikir.
Tahap pra operasional (2 – 7 tahun)
Tahap pra konseptual (2 – 4 tahun) anak melihat dunia hanya dalam hubungan dengan dirinya, pola pikir egosentris. Pola berfikir ada dua yaitu : transduktif ; anak mendasarkan kesimpulannya pada suatu peristiwa tertentu (ayam bertelur jadi semua binatang bertelur) atau karena ciri – ciri objek tertentu (truk dan mobil sama karena punya roda empat). Pola penalaran sinkretik terjadi bila anak mulai selalu mengubah – ubah kriteria klasifikasinya. Misal mula – mula ia mengelompokan truk, sedan dan bus sendiri – sendiri, tapi kemudia mengelompokan mereka berdasarkan warnanya, lalu berdasarkan besar – kecilnya dst. Tahap intuitif ( 4 – 7 tahun) Pola fikir berdasar intuitif, penalaran masih kaku, terpusat pada bagian bagian terentu dari objek dan semata –mata didasarkan atas penampakan objek.
Tahap operasional konkrit (7 – 12 tahun)
Konversi menunjukan anak mampu menawar satu objek yang diubah bagaimanapun bentuknya, bila tidak ditambah atau dikurangi maka volumenya tetap. Seriasi menunjukan anak mampu mengklasifikasikan objek menurut berbagai macam cirinya seperti : tinggi, besar, kecil, warna, bentuk dst
Tahap operasional – formal (mulai usia 12 tahun)
Anak dapat melakukan representasi simbolis tanpa menghadapi objek – objek yang ia fikirkan. Pola fikir menjadi lebih fleksibel melihat persoalan dari berbagai sudut yang berbeda.
Tahap pra operasional (2 – 7 tahun)
Tahap pra konseptual (2 – 4 tahun) anak melihat dunia hanya dalam hubungan dengan dirinya, pola pikir egosentris. Pola berfikir ada dua yaitu : transduktif ; anak mendasarkan kesimpulannya pada suatu peristiwa tertentu (ayam bertelur jadi semua binatang bertelur) atau karena ciri – ciri objek tertentu (truk dan mobil sama karena punya roda empat). Pola penalaran sinkretik terjadi bila anak mulai selalu mengubah – ubah kriteria klasifikasinya. Misal mula – mula ia mengelompokan truk, sedan dan bus sendiri – sendiri, tapi kemudia mengelompokan mereka berdasarkan warnanya, lalu berdasarkan besar – kecilnya dst. Tahap intuitif ( 4 – 7 tahun) Pola fikir berdasar intuitif, penalaran masih kaku, terpusat pada bagian bagian terentu dari objek dan semata –mata didasarkan atas penampakan objek.
Tahap operasional konkrit (7 – 12 tahun)
Konversi menunjukan anak mampu menawar satu objek yang diubah bagaimanapun bentuknya, bila tidak ditambah atau dikurangi maka volumenya tetap. Seriasi menunjukan anak mampu mengklasifikasikan objek menurut berbagai macam cirinya seperti : tinggi, besar, kecil, warna, bentuk dst
Tahap operasional – formal (mulai usia 12 tahun)
Anak dapat melakukan representasi simbolis tanpa menghadapi objek – objek yang ia fikirkan. Pola fikir menjadi lebih fleksibel melihat persoalan dari berbagai sudut yang berbeda.
3. Erikson (Perkembangan Psikososial)
Proses perkembangan psikososial tergantung pada bagaimana individu
menyelesaikan tugas perkembangannya pada tahap itu, yang paling penting
adalah bagaimana memfokuskan diri individu pada penyelesaian konflik
yang baik itu berlawanan atau tidak dengan tugas perkembangannya.
Trust vs. missstrust ( 0 – 1 tahun)
Kebutuhan rasa aman dan ketidakberdayaannya menyebabkan konflik basic trust dan mistrust, bila anak mendapatkan rasa amannya maka anak akan mengembangkan kepercayaan diri terhadap lingkungannya, ibu sangat berperan penting.
Autonomy vs shame and doubt ( 2 – 3 tahun)
Organ tubuh lebih matang dan terkoordinasi dengan baik sehingga terjadi peningkatan keterampilan motorik, anak perlu dukungan, pujian, pengakuan, perhatian serta dorongan sehingga menimbulkan kepercayaan terhadap dirinya, sebaliknya celaan hanya akan membuat anak bertindak dan berfikir ragu – ragu. Kedua orang tua objek sosial terdekat dengan anak.
Initiatif vs Guilty (3 – 6 tahun)
Bila tahap sebelumnya anak mengembangkan rasa percaya diri dan mandiri, anak akan mengembnagkan kemampuan berinisiatif yaitu perasaan bebas untuk melalukan sesuatu atas kehendak sendiri. Bila tahap sebelumnya yang dikembangkan adalah sikap ragu-ragu, maka ia kan selalu merasa bersalah dan tidak berani mengambil tindakan atas kehendak sendiri.
Industry vs inferiority (6 – 11 tahun)
Logika anak sudah mulai tumbuh dan anak sudah mulai sekolah, tuntutan peran dirinya dan bagi orang lain semakin luas sehingga konflik anak masa ini adalah rasa mampu dan rendah diri. Bila lingkungan ekstern lebih banyak menghargainya maka akan muncul rasa percaya diri tetapi bila sebaliknya, anak akan rendah diri.
Identity vs Role confusion ( mulai 12 tahun)
Anak mulai dihadapkan pada harapan – harapan kelompoknya dan dorongan yang makin kuat untuk mengenal dirinya sendiri. Ia mulai berfikir bagaimana masa depannya, anak mulai mencari identitas dirinya serta perannya, jiak ia berhasil melewati tahap ini maka ia tidak akan bingung menghadapi perannya
Intimacy vs Isolation (dewasa awal)
Individu sudah mulai mencari pasangan hidup. Kesiapan membina hubungan dengan orang lain, perasaan kasih sayang dan keintiman, sedang yang tidak mampu melakukannya akan mempunyai perasaan terkucil atau tersaing.
Generativy vs self absorbtion (dewasa tengah)
Adanya tuntutan untuk membantu orang lain di luar keluarganya, pengabdian masyarakat dan manusia pada umumnya. Pengalaman di masa lalu menyebabkan individu mampu berbuat banyak untuk kemanusiaan, khususnya generasi mendatang tetapi bila tahap – tahap silam, ia memperoleh banyak pengalaman negatif maka mungkin ia terkurung dalam kebutuhan dan persoalannya sendiri.
Ego integrity vs Despair (dewasa lanjut)
Memasuki masa ini, individu akan menengok masa lalu. Kepuasan akan prestasi, dan tindakan-tindakan dimasa lalu akan menimbbulkan perasaan puas. Bila ia merasa semuanya belum siap atau gagal akan timbul kekecewaan yang mendalam.
4. Kohlberg (Perkembangan Moral)
Trust vs. missstrust ( 0 – 1 tahun)
Kebutuhan rasa aman dan ketidakberdayaannya menyebabkan konflik basic trust dan mistrust, bila anak mendapatkan rasa amannya maka anak akan mengembangkan kepercayaan diri terhadap lingkungannya, ibu sangat berperan penting.
Autonomy vs shame and doubt ( 2 – 3 tahun)
Organ tubuh lebih matang dan terkoordinasi dengan baik sehingga terjadi peningkatan keterampilan motorik, anak perlu dukungan, pujian, pengakuan, perhatian serta dorongan sehingga menimbulkan kepercayaan terhadap dirinya, sebaliknya celaan hanya akan membuat anak bertindak dan berfikir ragu – ragu. Kedua orang tua objek sosial terdekat dengan anak.
Initiatif vs Guilty (3 – 6 tahun)
Bila tahap sebelumnya anak mengembangkan rasa percaya diri dan mandiri, anak akan mengembnagkan kemampuan berinisiatif yaitu perasaan bebas untuk melalukan sesuatu atas kehendak sendiri. Bila tahap sebelumnya yang dikembangkan adalah sikap ragu-ragu, maka ia kan selalu merasa bersalah dan tidak berani mengambil tindakan atas kehendak sendiri.
Industry vs inferiority (6 – 11 tahun)
Logika anak sudah mulai tumbuh dan anak sudah mulai sekolah, tuntutan peran dirinya dan bagi orang lain semakin luas sehingga konflik anak masa ini adalah rasa mampu dan rendah diri. Bila lingkungan ekstern lebih banyak menghargainya maka akan muncul rasa percaya diri tetapi bila sebaliknya, anak akan rendah diri.
Identity vs Role confusion ( mulai 12 tahun)
Anak mulai dihadapkan pada harapan – harapan kelompoknya dan dorongan yang makin kuat untuk mengenal dirinya sendiri. Ia mulai berfikir bagaimana masa depannya, anak mulai mencari identitas dirinya serta perannya, jiak ia berhasil melewati tahap ini maka ia tidak akan bingung menghadapi perannya
Intimacy vs Isolation (dewasa awal)
Individu sudah mulai mencari pasangan hidup. Kesiapan membina hubungan dengan orang lain, perasaan kasih sayang dan keintiman, sedang yang tidak mampu melakukannya akan mempunyai perasaan terkucil atau tersaing.
Generativy vs self absorbtion (dewasa tengah)
Adanya tuntutan untuk membantu orang lain di luar keluarganya, pengabdian masyarakat dan manusia pada umumnya. Pengalaman di masa lalu menyebabkan individu mampu berbuat banyak untuk kemanusiaan, khususnya generasi mendatang tetapi bila tahap – tahap silam, ia memperoleh banyak pengalaman negatif maka mungkin ia terkurung dalam kebutuhan dan persoalannya sendiri.
Ego integrity vs Despair (dewasa lanjut)
Memasuki masa ini, individu akan menengok masa lalu. Kepuasan akan prestasi, dan tindakan-tindakan dimasa lalu akan menimbbulkan perasaan puas. Bila ia merasa semuanya belum siap atau gagal akan timbul kekecewaan yang mendalam.
4. Kohlberg (Perkembangan Moral)
Pra-konvensional
Mulanya ditandai dengan besarnya pengaruh wawasan kepatuhan dan
hukuman terhadap prilaku anak. Penilaian terhadap prilaku didasarkan
atas akibat sikap yang ditimbulkan oleh prilaku. Dalam tahap selanjutnya
anak mulai menyesuaikan diri dengan harapan – harapan lingkungan untuk
memperoleh hadiah, yaitu senyum, pujian atau benda.
Konvensional
Anak terpaksa menyesuaikan diri dengan harapan lingkungan atau ketertiban sosial agar disebut anak baik atau anak manis
Purna konvensional
Anak mulai mengambil keputusan baik dan buruk secara mandiri. Prinsip pribadi mempunyai peranan penting. Penyesuaian diri terhadap segala aturan di sekitarnya lebih didasarkan atas penghargaannya serta rasa hormatnya terhadap orang lain.
5. Hurolck (Perkembangan Emosi)
Menurut Hurlock, masa bayi mempunyai emosi yang berupa kegairahan umum, sebelum bayi bicara ia sudah mengembangkan emosi heran, malu, gembira, marah dan takut. Perkembangan emosi sangat dipengaruhi oleh faktor kematangan dan belajar. Pengalaman emosional sangat tergantung dari seberapa jauh individu dapat mengerti rangsangan yang diterimanya. Otak yang matang dan pengalaman belajar memberikan sumbangan yang besar terhadap perkembangan emosi, selanjutnya perkembngan emosi dipengaruhi oleh harapan orang tua dan lingkungan.
6. Perkembangan Psikososial
Teori perkembangan ini dikemukakan oleh Sigmund Freud. Beliau mengemukakan bahwa : Di dalam jiwa individu terdapat tiga komponen yaitu :
C. Faktor-faktor yang mempengaruhi pertumbuhan dan perkembangan anak Proses pertumbuhan dan perkembangan anak, tidak selamanya berjalan sesuai yang diharapkan. Hal ini disebabkan karena banyak faktor yang mempengaruhinya, baik faktor yang dapat diubah/dimodifikasi yaitu faktor keturunan, maupun faktor yang tidak dapat diubah/dimodifikasi yaitu faktor lingkungan. Apabila ada faktor lingkungan yang menyebabkan gangguan terhadap proses tumbuh kembang anak, maka faktor tersebut perlu diubah (dimodifikasi).
Beberapa faktor yang dapat mempengaruhi pertumbuhan dan perkembangan anak tersebut adalah sebagai berikut:
1. Faktor Keturunan (herediter)
Konvensional
Anak terpaksa menyesuaikan diri dengan harapan lingkungan atau ketertiban sosial agar disebut anak baik atau anak manis
Purna konvensional
Anak mulai mengambil keputusan baik dan buruk secara mandiri. Prinsip pribadi mempunyai peranan penting. Penyesuaian diri terhadap segala aturan di sekitarnya lebih didasarkan atas penghargaannya serta rasa hormatnya terhadap orang lain.
5. Hurolck (Perkembangan Emosi)
Menurut Hurlock, masa bayi mempunyai emosi yang berupa kegairahan umum, sebelum bayi bicara ia sudah mengembangkan emosi heran, malu, gembira, marah dan takut. Perkembangan emosi sangat dipengaruhi oleh faktor kematangan dan belajar. Pengalaman emosional sangat tergantung dari seberapa jauh individu dapat mengerti rangsangan yang diterimanya. Otak yang matang dan pengalaman belajar memberikan sumbangan yang besar terhadap perkembangan emosi, selanjutnya perkembngan emosi dipengaruhi oleh harapan orang tua dan lingkungan.
6. Perkembangan Psikososial
Teori perkembangan ini dikemukakan oleh Sigmund Freud. Beliau mengemukakan bahwa : Di dalam jiwa individu terdapat tiga komponen yaitu :
- Id : nangis, minta minum,makan, dll.
- Ego : lebih rasional, tetapi masa bodoh terhadap lingkungan.
- Super Ego : lebih memikirkan lingkungan.
C. Faktor-faktor yang mempengaruhi pertumbuhan dan perkembangan anak Proses pertumbuhan dan perkembangan anak, tidak selamanya berjalan sesuai yang diharapkan. Hal ini disebabkan karena banyak faktor yang mempengaruhinya, baik faktor yang dapat diubah/dimodifikasi yaitu faktor keturunan, maupun faktor yang tidak dapat diubah/dimodifikasi yaitu faktor lingkungan. Apabila ada faktor lingkungan yang menyebabkan gangguan terhadap proses tumbuh kembang anak, maka faktor tersebut perlu diubah (dimodifikasi).
Beberapa faktor yang dapat mempengaruhi pertumbuhan dan perkembangan anak tersebut adalah sebagai berikut:
1. Faktor Keturunan (herediter)
Seks
kecepatan pertumbuhan dan perkembangan pada seorang anak wanita berbeda dengan anak laki-laki
kecepatan pertumbuhan dan perkembangan pada seorang anak wanita berbeda dengan anak laki-laki
Ras
Anak keturunan bangsa Eropa lebih tinggi dan besar dibandingkan dengan anak keturunan bangsa Asia.
Anak keturunan bangsa Eropa lebih tinggi dan besar dibandingkan dengan anak keturunan bangsa Asia.
2. Faktor Lingkungan
Lingkungan eksternal
1) Kebudayaan
Kebudayaan suatu daerah akan mempengaruhi kepercayaan adat kebiasaan dan tingkah laku dalam merawat dan mendidik anak.
2) Status sosial ekonomi keluarga
Keadaan sosial ekonomi keluarga dapat mempengaruhi pola asuhan terhadap anak. Misalnya orang tua yang mempunyai pendidikan cukup mudah menerima dan menerapkan ide-ide utuk pemberian asuhan terhadap anak
3) Nutrisi
Untuk tumbuh kembang, anak memerlukan nutrisi yang adekuat yang didapat dari makan yang bergizi. Kekurangan nutrisi dapat diakibatkan karena pemasukan nutrisi yang kurang baik kualitas maupun kuantitas, aktivitas fisik yang terlalu aktif, penyakit-penyakit fisik yang menyebabkan nafsu makan berkurang, gangguan absorpsi usus serata keadaan emosi yang menyebabkan berkurangnya nafsu makan.
4) Penyimpangan dari keadaan normal
Disebabkan karena adanya penyakit atau kecelakaan yang dapat menggangu proses pertumbuhan dan perkembangan anak.
5) Olahraga
Olahraga dapat meningkatkan sirkulasi, aktivitas fisiologi, dan menstimulasi terhadap perkembangan otot-otot.
6) Urutan anak dalam keluarganya
kelahiran anak pertama menjadi pusat perhatian keluarga, sehingga semua kebutuhan terpenuhi baik fisik, ekonomi, maupun sosial.
Lingkungan internal 1) Intelegensi
Pada umumnya anak yang mempunyai intelegensi tinggi, perkembangannya akan lebih baik jika dibandingkan dengan yang mempunyai intelegensi kurang.
2) Hormon
Ada tiga hormon yang mempengaruhi pertumbuhan anak yaitu:
somatotropin, hormon yang mempengaruhi jumlah sel untuk merangsang sel otak pada masa pertumbuhan, berkuragnya hormon ini dapat menyebabkan gigantisme; hormon tiroid, mempengaruhi pertumbuhan, kurangnya hormon ini apat menyebabkan kreatinisme; hormon gonadotropin, merangsang testosteron dan merangsang perkembangan seks laki-laki dan memproduksi spermatozoa. Sedangkan estrogen merangsang perkembangan seks sekunder wanita dan produksi sel telur.kekurangan hormon gonadotropin ini dapat menyebabkan terhambatnya perkembangan seks.
3) Emosi
Hubungan yang hangat dengan ornag lain seperti ayah, ibu, saudara, teman sebaya serta guru akan memberi pengaruh pada perkembangan emosi, sosial dan intelektual anak. Pada saat anakberinteraksi dengan keluarga maka kan mempengaruhi interaksi anak di luar rumah. Apabila kebutuhan emosi anak tidak dapat terpenuhi
D. Pola Pertumbuhan dan Perkembangan Pola pertumbuhan dan perkembangan terjadi secara terus menerus. Pola ini dapat merupakan dasar bagi semua kehidupan manusia, petunjuk urutan dan langkah dalam perkembangan anak ini sudah ditetapkan tetapi setiap orang mempunyai keunikan secara individu.
Pertumbuhan fisik dapat dilihat secara lebih nyata, namun sebenarnya disertai pula dengan pertumbuhan psikososial anak dan diikuti dengan hal-hal dibawah ini:
1. Directional Trends pertumbuhan dan perkembangan berjalan secara teratur, berhubungan dengan petunjuk atau gradien atau reflek dari perkembangan fisik dan maturasi dari fungsi neuromuscular. Prinsip-prinsip ini meliputi:
a) Cephalocandal atau Head to tail direction (dari arah kepala ke kaki) misalnya: mengangkat kepala, duduk kemudian mengangkat dada dan menggerakkan ekstremitas bagian bawah.
b) Proximadistal atau near to far direction (menggerakkan anggota gerak yang paling dekat dengan pusat dan pada anggota gerak yang lebih jauh dari pusat) misalnya: bahu dulu baru jari-jari
c) Mass to specific atau simple to complex (menggerakkan daerah yang lebih sederhana dulu baru kemudian yang lebih komplex)
misalnya: mengangkat nahu dulu baru kemudian menggerakkan jari – jari yang lebih sulit atau melambaikan tangan baru bisa memainkan jari.
2. Sequential Trends Semua dimensi tumbuh kembang dapat diketahui maka sequence dari tumbuh kembang tersebut dapat diprediksi, dimana hal ini berjalan secara teratur dan kontinyu. Semua anak yang normal melalui setiap tahap ini. Setiap fase dipengaruhi oleh fase sebelumnya. Misal : tengkurap – merangkak – berdiri – berjalan.
3. Masa Sensitif Pada waktu-waktu yang terbatas selama proses tumbuh kembang dimana anak berinteraksi terutama dengan lingkungan yang ada, kejadian yang spesifik. Masa-masa tersebut adalah sebagai berikut:
a) Masa kritis yaitu masa yang apabila tidak dirangsang/berkembang maka hal ini tidak akan dapat digantikan pada masa berikutnya.
b) Masa sensitif mengarah pada perkembangan dan mikroorganisme. Misalnya pada saat perkembangan otak, ibunya menderita flu maka kemungkinan anak tersebut akan hydrocepallus/encepalitis.
c) Masa optimal yaitu suatu masa diberikan rangsangan optimal maka akan mencapai puncaknya. Misalnya: anak usia 3 tahun/saat perkembangan otak dirangsang dengan bacaan-bacaan/gizi yang tinggi, maka anak tersebut dapat mencapai tahap perkembangan yang optimal. Perkembangan ini berjalan secara pasti dan tepat, tetapi tidak sama untuk setiap anak.
Kebudayaan suatu daerah akan mempengaruhi kepercayaan adat kebiasaan dan tingkah laku dalam merawat dan mendidik anak.
2) Status sosial ekonomi keluarga
Keadaan sosial ekonomi keluarga dapat mempengaruhi pola asuhan terhadap anak. Misalnya orang tua yang mempunyai pendidikan cukup mudah menerima dan menerapkan ide-ide utuk pemberian asuhan terhadap anak
3) Nutrisi
Untuk tumbuh kembang, anak memerlukan nutrisi yang adekuat yang didapat dari makan yang bergizi. Kekurangan nutrisi dapat diakibatkan karena pemasukan nutrisi yang kurang baik kualitas maupun kuantitas, aktivitas fisik yang terlalu aktif, penyakit-penyakit fisik yang menyebabkan nafsu makan berkurang, gangguan absorpsi usus serata keadaan emosi yang menyebabkan berkurangnya nafsu makan.
4) Penyimpangan dari keadaan normal
Disebabkan karena adanya penyakit atau kecelakaan yang dapat menggangu proses pertumbuhan dan perkembangan anak.
5) Olahraga
Olahraga dapat meningkatkan sirkulasi, aktivitas fisiologi, dan menstimulasi terhadap perkembangan otot-otot.
6) Urutan anak dalam keluarganya
kelahiran anak pertama menjadi pusat perhatian keluarga, sehingga semua kebutuhan terpenuhi baik fisik, ekonomi, maupun sosial.
Lingkungan internal 1) Intelegensi
Pada umumnya anak yang mempunyai intelegensi tinggi, perkembangannya akan lebih baik jika dibandingkan dengan yang mempunyai intelegensi kurang.
2) Hormon
Ada tiga hormon yang mempengaruhi pertumbuhan anak yaitu:
somatotropin, hormon yang mempengaruhi jumlah sel untuk merangsang sel otak pada masa pertumbuhan, berkuragnya hormon ini dapat menyebabkan gigantisme; hormon tiroid, mempengaruhi pertumbuhan, kurangnya hormon ini apat menyebabkan kreatinisme; hormon gonadotropin, merangsang testosteron dan merangsang perkembangan seks laki-laki dan memproduksi spermatozoa. Sedangkan estrogen merangsang perkembangan seks sekunder wanita dan produksi sel telur.kekurangan hormon gonadotropin ini dapat menyebabkan terhambatnya perkembangan seks.
3) Emosi
Hubungan yang hangat dengan ornag lain seperti ayah, ibu, saudara, teman sebaya serta guru akan memberi pengaruh pada perkembangan emosi, sosial dan intelektual anak. Pada saat anakberinteraksi dengan keluarga maka kan mempengaruhi interaksi anak di luar rumah. Apabila kebutuhan emosi anak tidak dapat terpenuhi
D. Pola Pertumbuhan dan Perkembangan Pola pertumbuhan dan perkembangan terjadi secara terus menerus. Pola ini dapat merupakan dasar bagi semua kehidupan manusia, petunjuk urutan dan langkah dalam perkembangan anak ini sudah ditetapkan tetapi setiap orang mempunyai keunikan secara individu.
Pertumbuhan fisik dapat dilihat secara lebih nyata, namun sebenarnya disertai pula dengan pertumbuhan psikososial anak dan diikuti dengan hal-hal dibawah ini:
1. Directional Trends pertumbuhan dan perkembangan berjalan secara teratur, berhubungan dengan petunjuk atau gradien atau reflek dari perkembangan fisik dan maturasi dari fungsi neuromuscular. Prinsip-prinsip ini meliputi:
a) Cephalocandal atau Head to tail direction (dari arah kepala ke kaki) misalnya: mengangkat kepala, duduk kemudian mengangkat dada dan menggerakkan ekstremitas bagian bawah.
b) Proximadistal atau near to far direction (menggerakkan anggota gerak yang paling dekat dengan pusat dan pada anggota gerak yang lebih jauh dari pusat) misalnya: bahu dulu baru jari-jari
c) Mass to specific atau simple to complex (menggerakkan daerah yang lebih sederhana dulu baru kemudian yang lebih komplex)
misalnya: mengangkat nahu dulu baru kemudian menggerakkan jari – jari yang lebih sulit atau melambaikan tangan baru bisa memainkan jari.
2. Sequential Trends Semua dimensi tumbuh kembang dapat diketahui maka sequence dari tumbuh kembang tersebut dapat diprediksi, dimana hal ini berjalan secara teratur dan kontinyu. Semua anak yang normal melalui setiap tahap ini. Setiap fase dipengaruhi oleh fase sebelumnya. Misal : tengkurap – merangkak – berdiri – berjalan.
3. Masa Sensitif Pada waktu-waktu yang terbatas selama proses tumbuh kembang dimana anak berinteraksi terutama dengan lingkungan yang ada, kejadian yang spesifik. Masa-masa tersebut adalah sebagai berikut:
a) Masa kritis yaitu masa yang apabila tidak dirangsang/berkembang maka hal ini tidak akan dapat digantikan pada masa berikutnya.
b) Masa sensitif mengarah pada perkembangan dan mikroorganisme. Misalnya pada saat perkembangan otak, ibunya menderita flu maka kemungkinan anak tersebut akan hydrocepallus/encepalitis.
c) Masa optimal yaitu suatu masa diberikan rangsangan optimal maka akan mencapai puncaknya. Misalnya: anak usia 3 tahun/saat perkembangan otak dirangsang dengan bacaan-bacaan/gizi yang tinggi, maka anak tersebut dapat mencapai tahap perkembangan yang optimal. Perkembangan ini berjalan secara pasti dan tepat, tetapi tidak sama untuk setiap anak.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar